Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu Agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu dan telah Kuridhoi Islam itu jadi Agama Bagimu (Al Maidah: ayat 3)

7.19.2008

MUTIARA TAZKIAH



1.INGAT MATI

Bagaimana rasanya jika berselubung di dalam selimut tebal di waktu tengah hari? Coba lakukan ia selama sepuluh menit sambil berbaring seperti sekujur tubuh yang telah mati. Tanpa kipas, penghawa dingin, jendela dan pintu ditutup rapat.
Siapakah yang mampu bertahan lebih dari 30 menit ?..............


Sudah tentu pikiran dan tubuh tidak mampu menanggung ketidaknyamanan itu walaupun hanya untuk 10 menit. Saya pasti, karena saya pernah mencobanya. Panas dan berdebu.
Setiap kali saya fikirkan kembali percobaan saya itu, saya terfikir keadaan di alam barzakh kelak.. terutamanya di liang lahad yang sempit, tertutup, tanpa AC, kasur, jendela serta kipas itu.
Dalam alam barzakh adakah pancaindera dan penilaian pikiran terhadap alam ini sama seperti semasa hidup?
Banyak yang menjawab : “Tidak” apabila saya utarakan hal ini. Apa jawaban yang sebenarnya ?
Sesungguhnya Nabi Muhammad s.a.w menyebut berkenaan ujian-ujian di dalam kubur. Lalu Umar al-Khattab r.a bertanya : “Adakah akan dikembalikan kepada kita akal kita (di dalam kubur kelak)?”
Nabi menjawab: Ya, (ia akan dikembalikan) sebagaimana keadaan kamu (sekarang) :
(Riwayat Ahmad, no 6603, 2/172 ; Ibn Hibban, 7/387 ; Majma Zawaid , 3/47 : Al-Haithami : Perawi Ahmad adalah Sohih kecuali terdapat Ibn Lahi’ah ; Syeikh Syuaib : Hasan Lighairi)
Bagaimana pula jika terpaksa menunggu di alam kubur ini sepanjang seribu tahun sebagaimana yang dikenakan kepada si Abu Jahal.
Dalam keadaan status penilaian akal sama seperti di waktu hidup, tetapi status keadaan tubuh dan kenyamananya adalah diletakkan di ruang liang lahad yang kecil dan berselimut.
Hanya amal soleh yang dapat memberikan kenyamanan tatkala itu.
Disebut dalam sebuah hadis lain : “Sesungguhnya di dalam kubur itu terdapat himpitan, dan jika seorang itu mampu selamat darinya sudah tentu (salah seorangnya) adalah Sa’ad Bin Muadz (seorang sahabat Nabi yang hebat)”
(Riwayat Ahmad, dengan sanad yang baik ; , no 4466, 2/1237 ; Ibn Hibban, Sohih, 7/379 ; Al-ahadith Al-Mukhtarah, Dhiya ad-Din al-Maqdisi, 5/200 ; Al-Maqdisi : Perawinya thiqat)
Segeralah kita berusaha untuk selamat dari sebarang azab kubur yang amat mengerikan.
Bagi orang yang bertaqwa, inilah peluang terhebat. Bagi individu yang hatinya diselaputi sifat nifaq dan dosa, hidup untuk enjoy! . Nau’zubillah.

2.INGAT MATI
Katakanlah sesungguhnya kematian yang kamu semua melarikan diri darinya itu, pasti akan menemui kamu, kemudian kamu semua akan dikembalikan ke Dzat yang Maha Mengetahui segala yang ghaib serta yang nyata.” (QS. Al Jum’ah:8).

Barangkali narapidana yang menjalani hukuman mati adalah baik, dia tahu kapan dia akan dijemput malaikat maut. Dan seorang yang berjuang mengangkat senjata di jalan Allah adalah lebih baik lagi karena dia tahu pilihan dihadapannya kematian yang mulia.
Kita? Tidak tahu dimana kita akan mati. Mungkin di atas ranjang tidur, atau di rumah sakit, bahkan tidak mustahil di dalam kamar mandi ataupun di jalan raya. Bisa jadi pula, mungkin ketika sedang shoping, ataupun ketika sedang berdansa di diskotik.

Allah merahasiakan waktu kematian, supaya manusia senantiasa bersiap diri selalu untuk menghadapi mati dengan membiasakan diri dengan taubat dan ibadah kepadaNya. Kalau manusia tahu akan mati pada suatu waktu yang sudah tertentu, tak tertutup kemungkinan kadang justru akan memilih bersenang senang dahulu sebelum datangnya mati itu.

Banyak kejadian di depan mata ataupun berita-berita nyata yang bisa menjadi pengajaran. Ada yang mati di tepian jalan raya, sedang makan-makan dan sedang menunggu bis hendak naik. Hal itu membuktikan bahwa mati tidak hanya ketika sakit semata-mata. Barangkali sudah berhati-hati ketika berada di jalan raya, tetapi disebabkan kecerobohan orang lain datang juga maut menjemput.

Bekas pemain sepak bola, Ali Bakar dan pemain Kamerun Mark Vivien Foe menemui ajal di lapangan bola, walaupun selama ini sering mendengar, berolah raga menyehatkan badan.

Tidak ada yang mengharap kematian, tetapi coba bayangkan ketika sedang membeli pecah belah di pasar malam, mall atau sedang berlibur di hotel-hotel, atau ketika bersenang-senang di cafe malam, “BOOOM!”. Sesuatu yang sudah berlaku di Indonesia, Filipina, India, Rusia dan juga Israel. Sungguh menakutkan sekiranya tidak mempersiapkan diri menghadapi mati setiap saat. Mati itu sesuatu yang pasti. Tetapi banyak yang tidak siap menghadapinya malah coba melarikan diri daripada mati.

Banyak orang berdoa supaya umurnya panjang. Sedangkan yang terbaik adalah berdoa supaya dipanjangkan umur sekiranya disitu ada keberkatan dan supaya dipendekkan umur sekiranya itulah yang terbaik. Manusia tidak tahu kapan kepastiannya itu datang, ia menjadi rahasia Allah.

Sering kali gambaran kehidupan duniawi mudah membuat kita terlena. Apalagi ketika begitu semakin banyak perlengkapan hidup dengan segala macam kemajuan, kemudahan dan kenikmatannya yang semakin mengepung kita di masa modern ini.

Dalam keadaan seperti itu, nasehat dari siapapun biasanya tak lagi digubris. Tapi ingatlah setiap kita memiliki penasehat yang sangat ampuh, yaitu kematian. Bila sejenak merenungkan kematian yang sewaktu-waktu pasti akan datang, pasti kita akan lebih hati-hati dalam melangkah.Cukuplah kematian itu sebagai penasihat. (HR. Thabrani dan Baihaqi).

Orang yang melalaikan datangnya kematian, berarti kehilangan penasehat terbaiknya. Kehidupannya akan mudah tergoda dan terperosok dalam kelalaian. Keterlenaannya mengejar kehidupan dunia, kenikmatan sesaat dan bermegah-megahan membuatnya lalai mempersiapkan bekal akhirat hingga kematian menjemput. Akibat lalai dengan nasehat kematian, akhirnya hanya berujung kepada penyesalan abadi di neraka jahim.

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS. At Takastur: 1- 8).

Bagaimana dan di mana kita mati itu bukan persoalan yang utama. Abu Jahal dan Abu Lahab mati di Mekah tetapi tempatnya tetap di neraka. Sumaiyyah mati disiksa tetapi tempatnya di syurga. Abdullah bin Ubay mati diselimuti sorban dan jubah Nabi saw tetapi ia tidak menjamin keselamatannya di akhirat. Hamzah Abdul Muttalib mati dengan hati dan empedunya telah hancur, tetapi berada di kebun-kebun surga yang mulia kedudukannya.

Yang perlu dikhawatirkan adalah, adakah kematian kita itu kematian yang baik (husnul khatimah) ataupun kematian yang tidak baik (su’ul khatimah). Itu yang perlu kita fikirkan.

Karena, saat datangnya ajal maut itu di tanganNya. Maka kepadaNya saja kita memohon perlindungan dan semoga pada saatnya kita dicabut nyawa dengan kematian yang diberkati.

Dari Abdullah bin ‘Amr r.a., Rasulullah s.a.w.bersabda, “Sampaikanlah pesanku biarpun satu ayat..!